Rabu, 05 Mei 2010

UNTUK SESUNGGING SENYUMAN


Makassar, 5 Mei 2010
(singa padang pasir)





Ini adalah suara dari lorong hati yang tersuci
Mengirim kabar mlalui bait-bait syair suci
Untuk mutiara yang kini entah kemana
Akankah wujudnya masih ada dan akan kembali
Ada apa denganmu
Pergi berlari mengejar hembusan angin
Padahal angin selalu membelai rambutmu dibalik kerudung
Ada apa denganmu
Kabur dengan mengendarai rasa ragu
Padahal keyakinan telah datang menjemputmu setiap saat
Kemana semua janji perubahan yang tlah terlontar di kedua bibirmu
Akahkah ia hanya janji manis berbalut rasa munafik
Atau ia benar-benar janji suci yang kan kau tepati
Kemana sosok yang dulu ceria dan bersemangat
Apakah ia telah layu terhempas dengan tantangan serta ujian
Ataukah ia menghela nafas untuk semangat yang lebih dahsyat
Kemana, kenapa, ada apa, seandainya
Kata yang sibuk mencari kebenaran serta pembenaran
Ternyata semuanya tlah berubah
Senyum itu, kini sangat mahal tuk di persembahkan
Persaudaraan kini ditindis oleh permusuhan
Kasih sayang menampakkan wujud dendam dan amarah
Pertemuan pun kini terasa enggan
Kembalilah Mutiaraku (adikku)
Syair ini di ukir dengan tinta air mata
Sebagai wujud cinta para Pembina
Bukan maksud tuk memelas
Tapi hadirmu kami nantikan
Bukan maksud merendahkan diri
Tapi senyummu senantiasa dinanti
Namun, engkau adalah nahkoda
Bebas menentukan kemana arah kapal harus berlabuh (di Dermaga kegelapan/dermaga IQ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar