Sabtu, 12 September 2009

Menanti Sebuah Ijabah Di Balik Hijab


Kehidupan adalah sebuah karunia ilahi kepada kita, begitupun dengan sifat-sifat yang ada dalam diri kita, marah dan cinta adalah dua komponen fithrah yang ada di dalam diri manusia, akan tetapi terkadang marah ini menjadi sebuah bencana dan keluar dari fithrahnya ketika berlebih-lebihan atau melampiaskannya. begitupun dengan yang namanya cinta, perasaan cinta itu bisa muncul kapan saja dan di mana saja, Ia tak kenal muda ataupun muda, gadis, pemuda, janda, maupun duda. karena begitulah Allah menciptakan rasa ini.
nah... sekarang ane mau bercerita sedikit tentang kisah seorang pemuda yang dirundung rasa cinta, sebutlah namanya adalah asadullah, dia adalah pemuda yang hidup di tengah masyarakat yang rusak moralnya, akan tetapi kehidupan itulah yang membuatnya menjadi tegar dan giat dalam beribadah dan berdakwah, ia memang sosok pemuda yang menyukai sebuah tantangan, semua perjalanan hidupnya seakan-akan adalah ujian, bisa di katakan bahwa dunia tak berpihak padanya, akan tetapi akhirat sangat sayang dan menantinya.
tibalah pada suatu hari di mana ia telah melepaskan seragam SMAnya, menuju cerahnya sebuah gedung-gedung Ilmiah di kota Makassar, Ia pun memasuki sebuah perguruan tinggi dengan mengambil jurusan syariah, sebagaimana yang ia cita-citakan dari dulu demi perbaikan masyarakat yang ada di daerahnya ketika ia lulus kelak.
pada saat ia masuk ke perguruan tinggi ternyata keberuntungan mulai menyertainya, di sini ia menemukan begitu banyak sosok pemuda yang mirip dengan karakternya, serta sama-sama memiliki tekad tuk perbaikan ummat ke depan, walhasil ia pun di ajak tuk bergabung di dalam pengajian pekanan oleh teman-teman kampusnya, hari demi hari pun berlalu, sekarang ia telah masuk pada usia dewasa, di mana mulai muncul keinginan-keinginan tuk menikah dan mengakhiri kehidupannya, upss... salah, maksudnya tuk mengakhiri masa lajangnya.
pikirannya mulai berbenturan antara kuliah, kerja dan nikah, hari-harinya semakin semerawut, pikiran-pikiran itu masih saja saling mengejek, tanpa ingin berdamai di dalam memory otaknya. memory yang dulunya hanya di huni oleh satu makhluk yaitu Ilmu, kini harus bertempur dan berdesak-desakan dengan dua makhluk baru yaitu Kerja dan Nikah.
hari demi hari terus saja berlalu, seiring berlalunya detik demi detik jam tangannya, tanpa ingin bertanya dan acuh tak acuh dengan keadaan asadullah.
keesokan harinya ia makhluk yang bernama Kuliah(Ilmu) itu melakukan MOU dengan si Kerja, ia mulai bersatu, pembagian kamarpun sudah di atur, semuanya berjalan dengan mulus sesuai dengan planning. akan tetapi si Nikah ini merasa di cuekin dan mulai masuk fittnes, ia memperbesar badannya, hingga akhirnya ia mampu menumbangkan Si Kuiah dan si Kerja. sekarang kendali otak dia yang memegang, sekarang dialah yang menjadi nahkoda bagi Kapal Asadullah.
tiba di sebuah penghujung malam, asadullah terbangun dari tidurnya di sepertiga malam, kemudiaan ia teringat oleh kata-kata Ustad yang sering ngisi pengajian di tempatnya "segala sesuata yang kita hadapi, itu harus kita laporkan dan adukan kepada Allah, karena dia adalah dzat yang tiada tanding"
ia pun bergegas menuju kamar kecil yang berada di dalam kamarnya.
"ssrsrsrsrsrs...." suara kran air terdengar indah di pertiga malam itu, seakan ia adalah nada piano yang di mainkan oleh ahlinya
asadullah pun mengambil air wudhu, walaupun air itu sangatlah dingin, tapi dingin itu tidak mengurangi keinginannya tuk mengadukan masalahnya di hadapan sang pencipta. setelah berwudhu ia kemudian menuju ke sebuah lemari kecil yang terdapat di dalam kamarnya, kemudian meraih sajadah,serta mengeluarkan sarung, baju kokoh, dan kopiah dari lemari itu, wangi parfumpun tak kala harumnya malam itu, ia memakai parfum seakan-akan ingin bertemu seorang kekasih, beginilah asadullah setiap malamnya, ia sangat memuliakan Allah di setiap sujud dan gerakan shalatnya, sungguh ia merupakan pemuda yang sangat elok di masa ini.
"Assalamu 'Alaikum warahmatullah" suara salam tanda akhir dari shalatnya pun terdengar dengan penuh pengharaapan kepada sang Maha pencipta.
"Ya Allah.....,
engkau telah menguji hamba dengan Kesakitan dan hamba mampu melewatinya
Engkau menguji hamba dengan Kemiskinan itupun hamba lalui
Engkau menguji hamba dengan wajah yang pas-pasan, dan hamba tetap tak berpaling darimu
Engkau mengambil Ibu hamba, hambapun tabah dan tawakkal padamu
akan tetapi sekarang hamba mendapat ujian yang baru darimu
Engkau telah mempertemukanku dengan makhluk ciptaanmu yang begitu lembut
yang telah membuat Adam engkau turunkan ke Bumi
Makhluk yang sangat susah tuk di pahami
Namun kerap kali membuat decak kagum di hati anak cucu adam
Entah apa yang ada di skenariomu wahai Dzat yang tiada tanding.
Entah ini adalah nikmat atau fitnah darimu, hanya engkaulah yang maha tahu.
malam ini ku bermunajat dengan penuh harap padamu
dengan mengakui segala kekurangan dan kelemahan hamba
Malam ini hamba akan senantiasa berdzikir padamu sampai engkau menetapkan hati hamba
Ya Allah...
Janganlah engkau siksa hati ini dengan rasa cinta
Berilah hamba Pendamping sebagai nikmat dan penyejuk rasa hati
Jangan engkau berikan pendamping sebagai fitnah dalam alur kehidupan hamba
Ya Allah...
kumohon padamu yang Maha mengIjabah segala doa
Padamulah ku bermunajah
Padamulah ku minta segala sesuata
Dekatkanlah jodoh Hamba
Permudahlah singgasana yang telah engkau tulis dalam skenariomu
Kalau ia adalah jodoh Hamba maka mudahkanlah dan berikanlah petunjukmu di dalam hati hamba, agar hamba dapat merasa tenang.
Ya Allah....
Pantaskah Hamba menikah di Usia yang begitu dini Ini?
Pantaskah Hamba menikah tanpa persiapan harta yang cukup?
Kalau memang tidak!!!!!
Mengapa engkau menciptakan rasa ini terlalu cepat
Ya Allah...
Mudah-mudahan ada suara di balik hijab sana yang masuk melalui mimpiku
Mudah-mudahan engkau memilih yang terbaik bagi hamba
Karena engkau lebih mengetahui mana yang terbaik bagi hamba."
sebuah doa yang begitu panjang yang senantiasa asadullah panjatkan pada Tuhan di setiap malam, doa itu ia ucapkan, karena ingin mendamaikan Kuliah, Kerja dan Nikah yang berada dalam tempurung otaknya, ia ingin melihat ketiganya akur dan bisa berjalan bersama.

Berfikirlah sebelum berbuat maksiat


seorang laki-laki datang kepada Ibrahim bin Adham rahimahullah, Dia berkata: “Ya Abu Ishaq, aku sering berbuat maksiat. Katakan sesuatu kepadaku sebagai nasihat yang bisa membantuku.”

Ibrahim berkata: “Jika kamu menerima 5 perkara dan kamu mampu melakukannya, niscaya kemaksiatan tidak akan merugikanmu.”

Dia menjawab, “Katakan wahai Abu Ishaq”

Ibrahim berkata, “Pertama, jika kamu hendak bermaksiat kepada Allah ta'ala maka jangan kamu makan rizki-Nya”

Laki-laki itu berkata, “Dari mana aku makan sementara semua yang ada di bumi adalah rizki-Nya?”

Ibrahim berkata, “Wahai Bapak, apakah pantas engkau memakan rizki-Nya, sementara itu engkau bermaksiat kepada-Nya?”

Laki-laki itu menjawab, “Tidak pantas. Katakan yang kedua”

Ibrahim menjawab, “Jika kamu hendak bermaksiat kepada-Nya, maka jangan tinggal di bumi-Nya”

Laki-laki itu menjawab, “Yang ini lebih berat. Dimana saya akan tinggal?”

Ibrahim berkata, “Wahai Bapak, pantaskah engkau bermaksiat kepada-Nya, sementara engkau makan rizki-Nya dan tinggal di bumi-Nya?”

Laki-laki itu menjawab, “Tidak pantas. Katakan yang ketiga”

Ibrahim berkata, “Jika kamu hendak bermaksiat kepada-Nya, kamu makan rizki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, maka carilah tempat dimana Dia tidak melihatmu. Disitulah kamu bisa melakukannya.”

Laki-laki itu menjawab, “Wahai Ibrahim, apa ini? Mana mungkin, sementara Dia mengetahui perkara-perkara yang tersembunyi”

Ibrahim berkata, “Wahai Bapak, apakah pantas kamu makan rizki-Nya, tinggal di bumi-Nya, lalu kamu bermaksiat kepada-Nya, padahal Dia melihatmu, mengetahui apa yang kamu tampakkan dan kamu rahasiakan?”

Laki-laki itu menjawab, “Tidak. Katakan yang keempat”

Ibrahim menjawab, “Jika Malaikat maut datang kepadamu untuk mencabut nyawamu, maka bilang kepadanya, “Nanti dulu, aku mau bertaubat dengan benar-benar dan beramal kerana Allah”

Laki-laki itu berkata, “Dia tidak mungkin akan menerima”

Ibrahim berkata, “Wahai Bapak, jika engkau tidak mampu menolak malaikat maut supaya engkau bisa bertaubat dan engkau mengetahui bahwa jika dia mendatangimu dia tidak memberimu kesempatan, lantas bagaimana engkau berharap selamat?”

Laki-laki itu berkata, “Katakan yang kelima?”

Ibrahim berkata, “Jika malaikat Zabaniyah mendatangimu pada hari Kiamat untuk menyeretmu ke Neraka, maka jangan engkau menurutinya”

Laki-laki itu berkata, “Mereka tidak akan membiarkanku dan tidak akan menerimaku”

Ibrahim bertanya, “Bagaimana engkau bisa berharap selamat?”

Laki-laki itu berkata, “Ya Ibrahim, cukup..cukup.., aku meminta ampun dan bertaubat kepada Allah.”

Laki-laki itu benar-benar memenuhi janji taubatnya. Dia rajin beribadah dan menjauhi maksiat sampai dia meninggal dunia.

Dimbil dari “Mausu'ah Qishashis Salaf”, edisi bahasa Indonesia “Ensklopedi Kisah Generasi Salaf” karya Ahmad Salim Baduwailan, penerbit Elba