Kamis, 17 Juni 2010

CARA MENSETTING PARADIGMA

Hidup ini memang sangat indah, kita bisa berbuat apa saja sesuai dengan kehendak kita, meskipun segala sesuatunya telah diatur oleh sang Pencipta, tetapi tetap aja indah, benar ndak!!! Ya iyalah, indah mana coba orang yang hidup di dunia ini atau orang yang gak sempat menghirup udara dunia ini?, kan tetap aja yang indah itu adalah yang hidup, karna dia bisa merasakan kehidupan ini, meski pahit yang dirasakan lebih sering dari pada manisnya.
Oeya… di dalam tulisan mungil ini, aku ingin berbagi cerita bagi kalian yang membaca tulisan ini, beberapa hari yang lalu, tepatnya jam 12 malam, aku kembali ke Madinah setelah tertidur bakda isya di Makkah, dan kudapati ketiga temanku masih segar, matanya tetap nyala seterang lampu 100 watt, mereka bercanda ria, sesekali memukul. Dan semuanya berhenti saat aku masuk, pada saat melihat mereka mulai segan, aku langsung masuk ambil celah, masuk dengan langkah tegap, badanku sengaja kubusungkan, agar mereka tambah segan. Dan semuanya berjalan lancer, mereka tidak bicara apa selain iya dan tidak.
Setelah merasa puas menggertak mereka, tiba-tiba satu dari junior saya mendekat, ia membisikkan sesuatu padaku “pinjam dulu motorta’ ka”, wajahnya sangat asli, tanpa kebohongan, wajahnya menggambarkan kelaparan, yeah.. akupun meminjamkannya
*****
Sepuluh menit kemudian juniorku yang tadi pinjam motor kembali, namun sekarang ia kembali dengan berjalan kaki, padahal berangkatnya naik motor, aku mulai pusing dan bertanya-tanya, inii anak kok pulang jalan kaki, dimana yah motorku dia simpan.
Dimanaki motor bro…?” tanyaku dengan memandang matannya
“a a anu kak, ditilangka’ kak, itu motor sekarang ada di polsekta manggla”, muka kasihan itu muncul lagi, tapi untuk momen yang berbeda
“jadi…”
“berapa biasa di bayar kalau ditilangki’ “ tanyanya padaku
“hari gini bayar polisi, cuapek deh, sini saya yang urus”
****
Masih mau lanjut, singkat cerita motorku sekarang disekap di kantor polisi, dan saya harus cari cara agar motor itu bisa keluar dari kantor polisi tanpa ada transaksi sogok menyogok, akhirnya saya teringat dengan rumus ampuh yang tersave diotakku “kemarahan itu sosok dari senyuman, ketakutan merupakan bayangan dari keberanian, seram itu pakaian dari hal-hal yang lucu”,
Sekarang saya punya tugas, memprogram kerja otakku dengan merubah posisi polisi yang seram, menjadi lucu dengan seragam yang ia kenakan.
Dengan rumus tadi setidaknya saya tinggal melangah satu langkah dan motor bisa saya ambil kembali, caranya gimana??? Ya,, harus ke kantor polisi dong.
Saya telah meletakkan paradigma rumusku yg tadi dengan sangat kokoh, sekarang aku berangkat ke kantor polisi, sesampainya disana, terlihat gerombolan polisi yang lagi asyik main domino, aku bertanya dalam hati “gimana masyarakat mau bener, polisi aja main domi”.
“ hei.. ada apa”, sosok raksasa berdiri di depanku dengan seragam lengkap.
“mau ambil motor pak” suaraku lebih jantan darinya, coz sudah dilatih sebelum berangkat
“masukmi uruski”
Di dalam kulihat satu polisi yang lagi sibuk ngotak atik computer, di sampingnya terdapat dos the gelas, didalamnya berserakan kunci motor yang juga ditahan
“yang mana kunci motormu” tanyanya dengan muka kecut
“ini pak” sambil menunjuk ke salah satu kunci yang berserakan itu
“simmu mana?” pertanyaannya semakin menakutkan
“tidak ada pak, tidak luluska’ waktu ambil SIM” alasan yang cukup untuk membuat pak polisi bingung, antara mau percaya atau tidak.
Diselang pembicaraanku dengannya, sudah puluhan orang yang datang ambil motornya dan mereka sangat gampang ambil motornya, coz di balik tanda tangan diselipkan uang sebagai tanda terima kasih “katanya…..”, tetapi… aku tetap teguh dengan pendirianku, tidak mau memberikan uang sepeserpun. Mungkin karna bosan melihatku, akhirnya keluar juga kalimat yang dari tadi aku tunggu.
“tanda tanganmi pale’, jangan begitu lain kali nah.”, matanya masih saja melirik kantongku, mungkin mengharap tanganku mengoceknya.
“terima kasih pak” ucapku sebagai tanda terima kasih.
“Akhirnya aku bisa pulang” ucapku di dalam hati, rasa senang mewarnai kemenanganku.
Ending dari kisah diatas adalah kembali membawa pulang motor dengan tidak membayar uang sogokan sepeserpun, walupun sebenarnya saya juga yang salah gak punya SIM dan nggak pergi ngurus DD motorku yang jatuh. Abis…. Gak punya uang coy.
So… segala rintangan yang menghalang di rel tujuan utama kita, bisa kita singkirkan, selama kita bisa membuat paradigm tersendiri. Apalagi bagi seorang dai, sudah seharusnya dai itu menciptakan paradigm untuk mencapai peradaban, bukannya ikut kepada paradigma masyarakat yang berasal dari pengalaman, bukan dari pengetahuan.
Jadi intinya… kita ini bisa membuat paradigma sendiri untuk mencapai kesuksesan yang kita inginkan di muka bumi ini dengan memperhatikan etika-etika yang ada, jangan sampai menyalahi etika-etika tersebut, baik etika kesopanan di masyarakat maupun etika yang telah diatur di dalam agama kita. Jadi… kalau kita bisa membuat paradigm sendiri, ngapain… mikirin paradigma orang lain, yang bisa jadi akan membuat kita tergelincir dari rel impian, cita-cita dan tujuan kita.
Mari menjadi orang yang aneh (asing), yaitu orang-orang yang sedikit, kalau orang kebanyakan singa itu adalah makhluk yang gana, maka kita kita mengatakan dia jinak, karna kita bias menjinakkannya, seperti polisi yang sy kisahkan diatas, anggaplah polisi itu luc, bukannya garang.
Semoga berhasil….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar